pojokrejo.co.cc >>
Keterbatasan pupuk yang langka tidak membuat wajah para petani padi di Sragen murung karena panen padi yang di budidayakan dengan teknik Intensifikasi Padi Aerob Terkendali (IPAT) bisa berproduksi secara melimpah. Sebagian lahan (1 ha) yang di kelola dapat memanen 10-14 ton gabah, biasanya 6-8 ton/ha. Masa pemanenannya juga lebih cepat 7-10 hari.
Padahal sebelum panen tanah terlihat retak-retak pertanda kekurangan air. Keadaan itu sangatlah berbeda dengan teknik biasanya yang senantiasa tergenang air. Jarak tanam yang di gunakan juga lebih renggang yaitu 30x30 cm, biasanya berjarak tanam 20x20 cm. Pupuk yang digunakan juga berkurang setengah dari penggunaan pupuk biasanya.
Rahasia dari sistem budidaya teknik IPAT adalah jerami pada panen sebelumnya dibiarkan terhambur di lahan. Batang padi kemudian disiram dengan larutan pupuk organik. Pupuk yang digunakan dari campuran 200 gr mikroba pengurai (dekomposer), 160 gr pupuk hayati (pupuk mengandung mikroba pelarut fosfat), serta 5 kg kompos yang dilarutkan dalam 50-100 liter air. Campuran itu diaduk hingga merata lalu dibiarkan selama 2-4 jam sebelum disiramkan.
Seleksi Benih
Dua minggu berselang lahan dibajak lalu diratakan. Sekeliling petakan dibuat saluran dengan kedalaman 30 cm. saluran juga dibuat di tengah petakan. Jarak antar saluran 3-4 m. panjangnya saluran disesuaikan dengan ukuran lahan.
Dua hari sebelum tanam, lahan yang telah dibajak diberi pupuk dasar. Tiap satu hektar lahan diberi 1 ton pupuk kandang atau 500 kg kompos kering, 320 kg pupuk hayati, 75-100 kg KCL. Pupuk-pupuk tersebut ditabur merata di permukaan lahan.
Benih yang akan ditanam sebelumnya direndam dalam 5-10 liter larutan garam. Sebelumnya telur ayam dimasukkan ke dalam larutan untuk mengukur kadar garam. Bila telur ayam tersebut bisa mengambang berarti kadar garam cukup untuk pengujian. Larutan garam ini di fungsikan sebagai fungisida alami agar benih tidak terserang jamur.
Memasukkan benih kedalam larutan garam kemudian diaduk. Benih yang mengambang dibuang, benih yang tenggelam dibilas dengan air sampai bersih lalu disimpan dalam karung plastik. Karung yang digunakan dibasahi agar lembab untuk memacu perkecambahan. Setelah semalam benih didalam karung, keesokan harinya benih disemai dalam bedengan berketinggian 10-20 cm serta lebar 2 cm.
Pinggiran bedengan dipasang bambu atau kayu yang bisa menopang tanah agar tidak mudah hilang. Dua hari sebelum penyemaian bedengan diberi campuran 1 kg pupuk kandang kering atau kompos dan pupuk hayati. Dosis pupuk yang diberikan sesuai dengan jumlah kompos. Untuk 10 kg kompos perlu 80 gr pupuk hayati. Setelah semua terlaksana dibuat larikan dengan kedalaman 1 cm agar dalam proses penyemaian mudah dilakukan. Jarak antar larikan yang dibuat yaitu 3-5 cm.
Bibit Unggul
Proses semaian dilakukan setelah lima belas hari, bibit mulai ditanam di lahan. Bibit diambil dengan menggunakan serok dari dasar bedengan. Tanah yang ikut terambil tidak dilakukan pencucian layaknya petani konvensional. Hal itu bertujuan agar akar tidak terputus saat proses pencucian sehingga tanaman tidak mengalami stress jika dipindah ke lahan.
Saat penanaman kondisi lahan yang akan ditanami hendaknya macak-macak atau becek. Bibit yang ditanaaman posisi akar di letakakan menyamping sehingga membentuk huruf L. Masing-masing lubang tanam hanya ditanami 1 bibit. Kedalaman penanamannya maksimal 1cm.
Pada saat umur tanaman sudah 15 hari setelah tanam dilakukan pemberian pupuk susulan berupa pupuk organic cair untuk memacu pertumbuhan akar, batang, dan daun dengan dosis 2-3 cc/liter air. Pemberian pupuk itu dengan menyemprotkan keseluruh tanaman hingga merata dengan interval 10 hari hingga 35 hari setelah tanam.
Memasuki umur 35 hari setelah tanam mulai ditambahkan 500 kg pupuk kandang atau kompos kering, 320 gr inokulum, 100 kg Urea, 25 kg SP-36, dan 50 kg KCL per hektar. Saat tanaman sudah berumur 45 hari setelah tanam dilakukan penyemprotan pupuk organic cair untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah dengan dosis 2-3 cc/liter air. Interval pemupukan selama 10 hari hingga tanaman padi berumur 65 hari.
System penanaman ini lahannya tidak perlu diganangi air. Pengairan hanya dilakukan bila kondisi tanah sudah mengalami retak-retak. Jika sudah mengalami retak-retak baru lahan tersebut diganangi air setinggi 1-2 cm dari permukaan tanah selama 1-2 jam. Baru setelah lahan terendam air selama 2 jam maka lubang pembuangan air pada lahan tersebut dibuka agar air di lahan tersebut dapat surut.
Penggenangan juga dilakukan saat penyiangan yaiti saat tanaman sudah berumur 10 haridan 20 hari setelah tanam. Ketika musim hujan lahan tak perlu digenangi, tetapi lahan dijaga agar air pada saluran tetap terjaga pada ketinggian 10-20 cm di bawah permukaan lahan. Setelah dua puluh lima hari menjelang panen lahan dikeringkan. Panen dilakukan setelah tanaman mencapai umur 100 hari setelah tanam.
Timbul Keraguan
Semuanya itu adalah penerapan penanaman padi dengan teknik Intensifikasi Padi Aerob Terkendali (IPAT) dilahan. Awal mulanya teknik ini diragukan untuk dapat meningkatkan produksi hasil padi. Oleh sebab itu baru sebagian petani yang menerapkan teknik IPAT tersebut. Oleh sebab itu baru sedikit lahan yang digunakan untuk penerapan teknik IPAT.
Keraguan itu lenyap ketika tanaman padi bisa terlihat kokoh dan kekar. Meski teknik ini hanya mananam satu bibit pada setiap lubang tanam, jumlah anakannya bisa mencapai 80-100 batang/rumpun. Setiap rumpu dihasilkan sekitar 60 malai. Panjang malai yang dihasilkan sekitar 30 cm dan memiliki rata-rata 200-300 bulir/malai. Petakan yang hanya seluas 2000 m2 bisa didapatkan produksi gabah sekitar 1,6 ton. Jumlah tersebut lebih tinggi dari panen-panen sebelumnya yang hanya sekitar 700 kg gabah.
Teknik IPAT yang begitu memberikan hasil yang nyata bagi petani mulai diterapkan pada lahan yang lebih luas. Lahan yang digunakan seluas satu hektar dapat menghasilkan produksi 10-12 ton gabah. Teknik ini juga dilakukan oleh para petani Sumedang, Jawa Barat, Kediri, Madura (Jawa Timur).
Kunci sukses teknik budidaya IPAT adalah perkembangan system perakaran. Perakaran akan tumbuh secara optimal jika ketersediaan oksigen dalam tanah cukup. Hal tersebut dapat terpenuhi jika kedaan lahan tidak tergenang. Hasil dari suatu penelitian menunjukkan penggenangan menyebabkan kerusakan pada jaringan perakaran akibat pasokan oksigen terhambat/ terbatas. Hanya 30 % akar yang dapat tumbuh dengan baik.
Pengunaan bibit tunggal dan jarak tanam yang renggang juga ikut dalam merangsang per umbuhan akar. Bila dalam satu lubang tanam ditanam lebih dari satu bibit akan menimbulkan perebutan nutrisi, sehingga pertumbuhan akar akan terhambat. Akibatnya jumlah anakan akan sedikit yaitu hanya antara 25-30 anakan setiap rumpunnya.
Kehadiran organisme menguntungkan dalam tanah juga berperan dalam meningkatkan produktivitas tanaman padi. Organisme tanah mempunyai manfaat untuk mengurai bahan organik, daur hara, memperbaiki struktur tanah, mengendalikan populasi organisme merugikan tanaman, menghasilkan berbagai fitohormon, serta merangsang pertumbuhan dan regenerasi akar. Oleh karena itu penggunaan pupuk organic sangat penting.
READ MORE - Meningkatkan Produksi Padi dengan Teknik IPAT
Padahal sebelum panen tanah terlihat retak-retak pertanda kekurangan air. Keadaan itu sangatlah berbeda dengan teknik biasanya yang senantiasa tergenang air. Jarak tanam yang di gunakan juga lebih renggang yaitu 30x30 cm, biasanya berjarak tanam 20x20 cm. Pupuk yang digunakan juga berkurang setengah dari penggunaan pupuk biasanya.
Rahasia dari sistem budidaya teknik IPAT adalah jerami pada panen sebelumnya dibiarkan terhambur di lahan. Batang padi kemudian disiram dengan larutan pupuk organik. Pupuk yang digunakan dari campuran 200 gr mikroba pengurai (dekomposer), 160 gr pupuk hayati (pupuk mengandung mikroba pelarut fosfat), serta 5 kg kompos yang dilarutkan dalam 50-100 liter air. Campuran itu diaduk hingga merata lalu dibiarkan selama 2-4 jam sebelum disiramkan.
Seleksi Benih
Dua minggu berselang lahan dibajak lalu diratakan. Sekeliling petakan dibuat saluran dengan kedalaman 30 cm. saluran juga dibuat di tengah petakan. Jarak antar saluran 3-4 m. panjangnya saluran disesuaikan dengan ukuran lahan.
Dua hari sebelum tanam, lahan yang telah dibajak diberi pupuk dasar. Tiap satu hektar lahan diberi 1 ton pupuk kandang atau 500 kg kompos kering, 320 kg pupuk hayati, 75-100 kg KCL. Pupuk-pupuk tersebut ditabur merata di permukaan lahan.
Benih yang akan ditanam sebelumnya direndam dalam 5-10 liter larutan garam. Sebelumnya telur ayam dimasukkan ke dalam larutan untuk mengukur kadar garam. Bila telur ayam tersebut bisa mengambang berarti kadar garam cukup untuk pengujian. Larutan garam ini di fungsikan sebagai fungisida alami agar benih tidak terserang jamur.
Memasukkan benih kedalam larutan garam kemudian diaduk. Benih yang mengambang dibuang, benih yang tenggelam dibilas dengan air sampai bersih lalu disimpan dalam karung plastik. Karung yang digunakan dibasahi agar lembab untuk memacu perkecambahan. Setelah semalam benih didalam karung, keesokan harinya benih disemai dalam bedengan berketinggian 10-20 cm serta lebar 2 cm.
Pinggiran bedengan dipasang bambu atau kayu yang bisa menopang tanah agar tidak mudah hilang. Dua hari sebelum penyemaian bedengan diberi campuran 1 kg pupuk kandang kering atau kompos dan pupuk hayati. Dosis pupuk yang diberikan sesuai dengan jumlah kompos. Untuk 10 kg kompos perlu 80 gr pupuk hayati. Setelah semua terlaksana dibuat larikan dengan kedalaman 1 cm agar dalam proses penyemaian mudah dilakukan. Jarak antar larikan yang dibuat yaitu 3-5 cm.
Bibit Unggul
Proses semaian dilakukan setelah lima belas hari, bibit mulai ditanam di lahan. Bibit diambil dengan menggunakan serok dari dasar bedengan. Tanah yang ikut terambil tidak dilakukan pencucian layaknya petani konvensional. Hal itu bertujuan agar akar tidak terputus saat proses pencucian sehingga tanaman tidak mengalami stress jika dipindah ke lahan.
Saat penanaman kondisi lahan yang akan ditanami hendaknya macak-macak atau becek. Bibit yang ditanaaman posisi akar di letakakan menyamping sehingga membentuk huruf L. Masing-masing lubang tanam hanya ditanami 1 bibit. Kedalaman penanamannya maksimal 1cm.
Pada saat umur tanaman sudah 15 hari setelah tanam dilakukan pemberian pupuk susulan berupa pupuk organic cair untuk memacu pertumbuhan akar, batang, dan daun dengan dosis 2-3 cc/liter air. Pemberian pupuk itu dengan menyemprotkan keseluruh tanaman hingga merata dengan interval 10 hari hingga 35 hari setelah tanam.
Memasuki umur 35 hari setelah tanam mulai ditambahkan 500 kg pupuk kandang atau kompos kering, 320 gr inokulum, 100 kg Urea, 25 kg SP-36, dan 50 kg KCL per hektar. Saat tanaman sudah berumur 45 hari setelah tanam dilakukan penyemprotan pupuk organic cair untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah dengan dosis 2-3 cc/liter air. Interval pemupukan selama 10 hari hingga tanaman padi berumur 65 hari.
System penanaman ini lahannya tidak perlu diganangi air. Pengairan hanya dilakukan bila kondisi tanah sudah mengalami retak-retak. Jika sudah mengalami retak-retak baru lahan tersebut diganangi air setinggi 1-2 cm dari permukaan tanah selama 1-2 jam. Baru setelah lahan terendam air selama 2 jam maka lubang pembuangan air pada lahan tersebut dibuka agar air di lahan tersebut dapat surut.
Penggenangan juga dilakukan saat penyiangan yaiti saat tanaman sudah berumur 10 haridan 20 hari setelah tanam. Ketika musim hujan lahan tak perlu digenangi, tetapi lahan dijaga agar air pada saluran tetap terjaga pada ketinggian 10-20 cm di bawah permukaan lahan. Setelah dua puluh lima hari menjelang panen lahan dikeringkan. Panen dilakukan setelah tanaman mencapai umur 100 hari setelah tanam.
Timbul Keraguan
Semuanya itu adalah penerapan penanaman padi dengan teknik Intensifikasi Padi Aerob Terkendali (IPAT) dilahan. Awal mulanya teknik ini diragukan untuk dapat meningkatkan produksi hasil padi. Oleh sebab itu baru sebagian petani yang menerapkan teknik IPAT tersebut. Oleh sebab itu baru sedikit lahan yang digunakan untuk penerapan teknik IPAT.
Keraguan itu lenyap ketika tanaman padi bisa terlihat kokoh dan kekar. Meski teknik ini hanya mananam satu bibit pada setiap lubang tanam, jumlah anakannya bisa mencapai 80-100 batang/rumpun. Setiap rumpu dihasilkan sekitar 60 malai. Panjang malai yang dihasilkan sekitar 30 cm dan memiliki rata-rata 200-300 bulir/malai. Petakan yang hanya seluas 2000 m2 bisa didapatkan produksi gabah sekitar 1,6 ton. Jumlah tersebut lebih tinggi dari panen-panen sebelumnya yang hanya sekitar 700 kg gabah.
Teknik IPAT yang begitu memberikan hasil yang nyata bagi petani mulai diterapkan pada lahan yang lebih luas. Lahan yang digunakan seluas satu hektar dapat menghasilkan produksi 10-12 ton gabah. Teknik ini juga dilakukan oleh para petani Sumedang, Jawa Barat, Kediri, Madura (Jawa Timur).
Kunci sukses teknik budidaya IPAT adalah perkembangan system perakaran. Perakaran akan tumbuh secara optimal jika ketersediaan oksigen dalam tanah cukup. Hal tersebut dapat terpenuhi jika kedaan lahan tidak tergenang. Hasil dari suatu penelitian menunjukkan penggenangan menyebabkan kerusakan pada jaringan perakaran akibat pasokan oksigen terhambat/ terbatas. Hanya 30 % akar yang dapat tumbuh dengan baik.
Pengunaan bibit tunggal dan jarak tanam yang renggang juga ikut dalam merangsang per umbuhan akar. Bila dalam satu lubang tanam ditanam lebih dari satu bibit akan menimbulkan perebutan nutrisi, sehingga pertumbuhan akar akan terhambat. Akibatnya jumlah anakan akan sedikit yaitu hanya antara 25-30 anakan setiap rumpunnya.
Kehadiran organisme menguntungkan dalam tanah juga berperan dalam meningkatkan produktivitas tanaman padi. Organisme tanah mempunyai manfaat untuk mengurai bahan organik, daur hara, memperbaiki struktur tanah, mengendalikan populasi organisme merugikan tanaman, menghasilkan berbagai fitohormon, serta merangsang pertumbuhan dan regenerasi akar. Oleh karena itu penggunaan pupuk organic sangat penting.
Sumber : http://torro-el-torro.blogspot.com/2009/01/meningkatkan-produksi-padi-dengan.html